Memanusiakan Manusia Muda: Dasar-dasar Kependidikan

Hakikat Pendidikan dan Pendidikan Sebagai Sistem

Baca juga: Sukses mendaftar dan diterima di GA

Baca juga: Kisah Sukses diPublisher GA 1.1. Hakekat Pendidikan
Ketika kita membicarakan hakekat pendidikan maka harus kita sadari bahwa pendidikan itu maha luas. Kita memulai hakikat pendidikan dari berbagai sudut pandang. Misalnya kita mulai dengan aspek historis: sejak kapan pendidikan ada di bumi? Pendidikan seperti Apa? Apa isi pendidikan? Siapakah yang memulai pendidikan itu? Apa sifat pendidikan: formal atau non formal? Apa pengertian pendidikan? Mengapa manusia membutuhkan pendidikan? Dll. Berbagai pertanyaan ini bisa dibicarakan dalam konteks hakikat pendidikan dan pendidikan sebagai system.
Suparlan Suhartono secara menarik mengemukakan hakekat pendidikan itu dengan menyatakan bahwa:
Pendidikan itu telah berlangsung sepanjang zaman. Dari hakikatnya itu, dapat dipahami bahwa antara pendidikan dan sejarah mempunyai hubungan erat yang tidak terpisahkan.
Selanjutnya Suparlan Suhartono menyatakan:
Sepanjang eksistensi (keber-ada-an) kehidupan manusia selalu dan senantiasa diliputi dengan pendidikan. Pendidikan itu terjadi karena ada banyak aspek eksistensi kehidupan manusia, yaitu aspek eksistensi yang bersifat spiritual keagamaan (keyakinan/kepercayaan), kefilsafatan (cinta kebenaran), kemanusiaan, kependidikan sendiri, kesejahteraan, kebudayaan, yuridis, sosiologis, psikologis, ekonomis, dan sebagainya. Berbagai aspek eksistensi kehidupan manusia yang kita sebutkan disini tentunya sangat membutuhkan pendidikan. Pernyataan ini hendak mengantar kita untuk memahami secara baik apa dan mengapa pendidikan itu?
Pendidikan itu terjadi dalam hidup manusia karena banyak hal, seperti:
1. Kerohanian (kepercayaan)
2. Kehidupan yang bersifat jasmani/yang ada disekitar manusia dan manusia itu sendiri.
Kedua aspek kehidupan manusia tersebut di atas tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dalam konteks bahasan ini (pendidikan) ialah manusia dewasa memberi bimbingan terhadap manusia belum dewasa. Aspek yang perlu dibimbing dalam diri manusia dewasa dapat berupa aspek kerohanian dan kehidupan jasmani.
Aspek kehidupan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Aspek normatif yaitu pada nilai-nilai kehidupan yang masih berjalan,
2. Aspek ideal yaitu aspek yang menunjuk pada nilai-nilai yang masih ada di
dalam cita-cita.

Jadi, ada landasan yang bersifat tetap (nilai-nilai tradisional) dan ada yang bersifat potensial berubah dan berkembang (nilai-nilai ideal). Nilai-nilai ideal berfungsi sebagai penggerak kehidupan manusia dan masyarakat, maju menuju ke masa mendatang. Sedangkan nilai-nilai tradisional berfungsi sebagai alat control agar dinamika kehidupan dan masyarakatnya tetap di atas jalan menuju ke titik pencapaian tujuan .
Di atas telah diajukan sebuah pertanyaan: apa dan mengapa pendidikan itu?
Jawaban atas pertanyaan ini dapat terjawab secara singkat, padat dan jelas dalam teori pendidikan berikut ini.

Menurut Suparlan Suhartono, kata pendidikan berakar pada bahasa Latin yaitu dari kata ‘educare’. Educare atau pendidikan adalah pembimbingan secara berkelanjutan (to lead forth) . Arti tersebut mencerminkan suatu pengakuan bahwa manusia, menurut keberadaan kodratnya, adalah mahluk yang bersifat labil. Maksudnya, sepanjang hidupnya tidak pernah berada dalam kecukupan baik secara lahir maupun batin, baik secara individual maupun social. Sifat labil ini berakar pada kodrat kejiwaan manusia, yaitu cipta, rasa dan karsa.
Ketiga aspek kejiwaan yaitu cipta, rasa dan karsa di dalam diri setiap manusia diuraikan sbb:
1. Cipta mempunyai sifat kodrat mencipta (creativity), yaitu cenderung
mencipta hal-hal baru yang bernilai lebih besar.
2. Rasa bersifat kodrat kepekaan (sensitivity), yaitu cenderung memberikan
penilaian secara menyeluruh berimbang (esthetic) dalam memutuskan
sesuatu.
3. Karsa mempunyai sifat kodrat nafsu atau keinginan berlebih (desirous).

Demi dan untuk kelangsungan hidup manusia, maka ketiga aspek kejiwaan diatas sangat menentukan fungsinya dalam satu rangkaian kesatuan. Tanpa potensi cipta, kreativitas dalam bentuk hal-hal baru tidak mungkin dan jika tidak ada hal-hal baru, manusia pun terancam kelangsungan hidupnya. Misalnya, dalam memenuhi kebutuhan pangan, mengingat badan manusia cenderung lemah, maka manusia tidak bisa langsung mengonsumsi bahan mentah yang tersedia dari sumber daya alam. Manusia harus mengolahnya secara intensif agar ketersediaan pangan cukup dan bisa menjamin kesehatan badan. Begitu pula halnya dalam memenuhi kebutuhan sandang dan papan. Manusia harus kreatif mencipta produk-produk baru agar bisa menyesuaikan diri dengan kondisi alam di mana mereka hidup. Kreativitas cipta tersebut sebenarnya selalu berhubungan dengan dorongan potensi karsa, di mana sifat kodrat karsa selalu cenderung ingin mendapatkan sesuatu yang lebih baik (kualitas) dan bahkan lebih banyak (kuantitas)
Paparan teori di atas hendak menegaskan bahwa setiap manusia memerlukan pendidikan (pembimbingan secara berkelanjutan) agar terbina aspek lahir maupun batin, baik secara individual maupun social yang berakar pada kodrat kejiwaan manusia, yaitu cipta, rasa dan karsa. Dengan kata lain potensi cipta, rasa dan karsa pada setiap manusia perlu mendapat pembimbingan secara berkelanjutan. Disinilah manusia membutuhkan pendidikan.
Kebutuhan manusia akan pendidikan disebabkan oleh karena manusia merupakan makhluk yang bergelut secara intens dengan pendidikan. Hal ini menyebabkan manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal educandus secara sekaligus, yaitu sebagai makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik. Dengan kata lain, manusia adalah adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri.
Uraian terhadap hakekat pendidikan sebagaimana yang dikemukakan di atas semoga menolong kita untuk masuk dalam pembahasan tentang arti pendidikan.
1.2. Arti pendidikan:
Sejalan dengan kemajuan berpikir manusia maka arti tentang pendidikan juga mengalami perluasan atau perkembangan arti. Berikut ini beberapa pandangan tentang arti pendidikan.

H.Fuad Ihsan menyatakan:
Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan, ada dua istilah Yunani yang hampir sama bentuknya tetapi memiliki makna yang berbeda. Dua istilah itu yakni pedagogi dan pedagoik. Pedagogi berarti pendidikan, sedangkan pedagoie artinya ilmu pendidikan. Pedagogik atau ilmu pendidikan adalah upaya menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Istilah pedagonik berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “pedagogia” yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Sedangkan pedagogos adalah seorang pelayan (bujang) pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ked an dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan Pedagogos yang pada mulanya berarti pelayanan kemudian berubah menjadi pekerjaan mulia. Karena pengertian Pedagoog (dari Pedagogos) berarti seorang yang tugasnya, membimbing anak di dalam pertumbuhannya ke daerah berdiri sendiri dan bertanggungjawab. Dalam pengertia yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.

SHARE THIS

Author:

Previous Post
First

Alat Pemanas

Manusia harus dimanusiakan dalam lingkungannya. Kemampuan membuat alat pemanas merupakan salah satu upaya memanusiakan manusia dalam kem...